Kisah Jaket Merah dan Busi Merana

Pada suatu sore, ketika kami akan pulang kerumah kontrakan yang sudah hampir habis masa kontraknya, saya tersadar ternyata jaket saya telah tercecer. Jaket kok bisa tercecer ya??? Tapi begitulah kenyataannya. Saya baru sadar saat sedang berjalan menuju motor yang sedang di parkir di kampus FEMA IPB Dramaga. Saya pikir jaket tersebut tertinggal di ruang besar dekat tempat dinda ujian, tapi bisa jadi juga tertinggal saat kami makan Nasi Bakar Ayam Goreng tadi siang di kantin Plasma FEMA. Karena itu kami berjalan ke arah kantin tersebut.

Setelah sampai disana, tidak ada jaket merah yang terlihat di sekitar kantin yang adem yang terletak di lembah dekat danau tersebut. Kami pun naik lagi ke arah jalan depan kampus FEMA, dalam pikiran saya,
"Ah sudahlah, mungkin jaketnya sudah bukan rezeki saya lagi, ikhlaskan saja" #padahalpengenbelijaketbaru
Saat sampai di tepi jalan itulah saya sadar, ternyata kunci motor kami sudah tidak ada. #panik
Kemungkinan terbesar adalah kunci motor tersebut ada di dalam jaket merah yang telah tercecer tadi.

Saya turun kembali menuju kantin plasma, sebenarnya ada seorang ibu-ibu dan seorang bapak lansia di kantin tersebut, namun saya tidak bertanya saat pertama mencari tadi. Untuk yang kedua kali saya turun, saya bertanya ke ibu-ibu yang sedang menunggu jemputan dari anaknya itu. Dari ibu itu saya ketahui ada sebuah jaket merah yang tertinggal di kantin tersebut. Namun jaket tersebut diamankan dalam salah satu kios di kantin yang sebenarnya menyerupai FoodCourt tersebut. Saya harus menghubungi orang yang memegang kunci kios tersebut jika saya ingin pulang dengan lancar jaya dari kampus. Mungkin setelah sekitar 15 menit menunggu, sang juru kunci sampai juga di kantin Plasma.

Jaket merah telah berada ditangan, bersama kunci motor yang ternyata memang berada dalam saku jaket tersebut. Dengan perasaan lega, kami segera menunju motor supra fit biru kami yang sudah lebih dari tiga tahun menemani kami di Bogor. Saat akan menyalakannnya, agak sulit ternyata. Memang sudah dari beberapa hari sebelumnya si blue ngadat. Tapi akhirnya nyala juga.

Namun, sayang disayang... Blue ngadat lagi tepat di di tengah simpang empat. Untungnya tidak ada ada rumah makan padang di simpang itu, coba kalau ada, ngeri banget. Yang ada hanya beberapa pohon nusa indah, beberapa pohon kanji dan Janda Merana.

Mungkin karena prihatin dengan saya yang bersikukuh mengengkol starter walaupun hanya menjadi korban PHP si Blue yang tidak juga bangun, datanglah dua orang laki-laki, merekalah bapak satpam IPB yang mangkal di parkiran dekat GWW. Berdasarkan pemeriksaan dari kedua pak Satpam, gejala penyakit yang ditunjukkan di Blue adalah ada masalah dengan businya. Pak Satpam mengatakan bahwa, beliau bisa melakukan sesuatu dengan businya agar dapat menyala, dengan menyuntiknya... tapi hanya sekali, habis itu mati...
Ternyata pak satpam juga bisa menjadi dokter yang bisa nyuntik, busi aja bisa di suntik, apalagi hatimu.... :p

Diluar ekspresi saya memang nampak tenang, tapi didalam sebenarnya saya sedang gundah gelisah gulana. Tawaran pak satpam tidak saya tanggapi dengan baik, merekapun berlalu. Mungkin mereka lelah.... melihat saya yang seolah tidak percaya dengan nasihat mereka, padahal kenyataannya... saya memang kurang percaya, tambah lagi saya sedang rapuh... #eaaa....

Sebelum mereka pergi, saya katakan kepada mereka...
"jangan khawatir pak, I'll be OK.... #fiksi
Setelah shalat maghrib yang bergantian dengan dinda, saya berjalan menuju jalan besar untuk membeli busi. Ada sebuah bengkel di seberang jalan itu. Dengan penuh keyakinan #aliassotoy saya membeli busi hanya dengan mengatakan motor saya supra fit. Rupanya abang tukang bengkel itu tidak kalah sotoy dengan saya, diambilnya saja uang yang saya berikan tanpa benar-benar berpikir motor seperti apa yang saya miliki. Dan ke-sotoy-an saya yang didukung dengan ke-abay-an abang bengkel itulah masalah yang lebih besar dimulai.

Segera setelah mendapatkan busi, saya langsung berjalan kembali ke arah Blue yang sedang menunggu saya bersama Dinda. Busi langsung saya pasang,

sekali starter... tidak nyala,
dua kali starter... tidak nyala,
tiga kali... nyala... Alhamdulillah

Kami segera naik ke atas motor dan melaju menuju rumah dengan badan yang berlendir-lendir setelah aktifitas seharian di kampus. Motor melaju di bawah pohon-pohon ki hujan di jalan agathis kampus IPB Dramaga. Sampailah kami di tengah jalan depan gerbang kampus, dan, terulang kembali, motornya mati lagi.

Busi Merana
Setelah mengecek berkali-kali apa masalahnya, saya simpulkan bahwa busi yang saya gunakan tidak cocok dengan kapala businya. Karen saat  menyala, motornya berbunyi seperti listriknya ogah-ogahan untuk menyala. Setelah memasang kembali kepala businya, si Blue saya nyalakan lagi, dan dia menyala. Lalu kami pulang hingga sampai dirumah.

Hari itu masalah selesai dengan sampainya kami di rumah. Tapi si blue ternyata menghadapi masalah yang jauh lebih besar daripada yang kami alami hari itu, masalah yang muncul karena ke-sotoy-an saya petang itu.

3 comments for "Kisah Jaket Merah dan Busi Merana"

  1. Replies
    1. sengaje dek... biar greget... seperti hunger games, hobbit dan lain-lain.... :D

      Delete
  2. habis itu tiba2 ada undian berhadian, dan motor baru tiba2 dikirimkan ke rumah. Alhamdulillah :D

    ReplyDelete