Sambas Pontianak, Mengejar Makan Bersama

 Catatan 28 April 2022

Akhirnya semua aka tiba pada hari yang biasa... katanya Gie.

Kebanyakan hari memang hari biasa, kejadian-kejadian di dalamnya yang membuat luar biasa. Seperti hari ini, hari kamis yang biasa. Namun menjadi luar biasa karena hari ini sangat kami nantikan dari beberapa bulan terakhir. Pulang (pakai koma).

Sejak mengajar mata kuliah hari selasa, rasanya sudah grogi. Ada perasaan yang seperti menggelitik dengan halus, rasanya ingin langsung saja berangkat ke Pontianak. Namun ada sumpah yang harus dijaga (sebisa mungkin).

Hari ini seharusnya mengajar dua kelas dengan mata kuliah yang sama. Namun, mengingat sore ini aka berangkat ke Pontianak, kelas siangnya saya pindahkan ke hari rabu siang kemarin. Pagi sebelum masuk kelas, beberapa pesan WA masuk dari mahasiswa, memberitahukan mereka tidak bisa masuk kuliah dengan alasan sakit. Ada sedikit kesangsian, karena ada kemungkinan mereka tidak masuk karena sudah pulang kampung untuk menyambut lebaran yang hanya tinggal beberapa hari. namun saya harap mereka jujur dengan pernyataannya.

Setelah menyampaikan satu tema materi (Aspek Hukum Studi Kelayakan Bisnis), kuliah dilanjutkan dengan diskusi kelas selama 20 menit diperpanjang menjadi 30 menit. Rasanya sedikit tidak sabar menunggu mahasiswa berdiskusi mengingat masih banyak yang harus dikemaskan sebelum berangkat ke Pontianak. Akhirnya mahasiswa presentasi dengan subjek yang tidak sesuai karena saya lupa memberikan panduan yang lebih detil. Yang jelas, kelas akhirnya selesai.

Selesai kelas langsung ke kantor PPAT untuk mengambil sertifikat yang telah selesai diproses balik nama. Alhamdulillah semua selesai dengan biaya 2,5j. Tidak berpanjang lebar, langsung pulang ke rumah untuk mengemaskan berbagai barang. 

Setelah satu jam mengemaskan berbagai barang rasanya lemas juga, jadi tidur dulu. Menjelang jam 2 baru bangun, berkemas lagi. Rasanya pengemasan barang ini tidak selesai-selesai, selalu ada yang belum beres. Hujan turun dengan deras, saya berusaha menyiapkan mental untuk bermotor dibawah hujan menuju Pontianak. Namun tetap berdoa agar hujannya berhenti saat saya berangkat (berdoanya sudah dari kemarin). 

Jam 4.05, masuk panggilan dari supir taksi, mengabarkan dia sudah sampai (sampai di PPNI). Jadi saya harus keluar untuk memanggil, Alhamdulillah ketemu dengan tetangga sebelah rumah jadi bisa sekalian pamit. Dinda pun berangkat bersama HsN dengan mobil Wuling yang masih plat putih dari armada Taxi Sahabat.

Saya, kembali berkemas lagi, ada keran air yang bocor. Ajaibnya, setelah keran utama di dekat meteran di tutup total, tetap ada air yang menetes. Seharusnya keran ini sudah dibereskan dari berbulan-bulan yang lalu, namun selalu ada alasan dan penundaan. Hari ini saya coba untuk membuka kerannya, namun ada lem yang kuat melekat. Keran ditutup dengan plastik berikat karet agar tidak menetes terus.

Turun dari rumah langsung ke kampus untuk fingger scanning. Thank you, bunyi mesin fingger print. Jam menunjukkan pukul 16.56 WIB. Saya kemudian langsung meluncur menuju Pontianak.

Lewat 5 menit dari waktu maghrib, sampai di masjid di Desa Perapakan Kecamatan Pemangkat. Agak ramai di bagian ruang belakang masjid, rupanya ada acara buka puasa bersama. Dari anak-anak kecil hingga aki-aki dan uwan-uwan hadir dalam buka puasa bersama. Duduk diatas motor, saya menikmati sebutir kurma dan air orang UCseribu.

Saya merasakan atmosfer agak berbeda di masjid ini dibandingkan dengan suasana di Sambas. Rasanya orang-orang lebih ramah. Mungkin hanya perasaan saya.

Selesai shalat maghrib, 18.20, perjalanan dilanjutkan. Dinda menginformasikan taksi akan istirahat untuk makan di Selakau. Motor kemudian saya lajukan menuju ke Selakau dengan semagat agar bisa makan bersama. 

Ternyata belum rezeki, saat sampai di Rumah Makan Bulan Selakau, Dinda sudah akan membayar makanannya. Hanya sempat menggendong HsN sebentar karena Dinda ada urusan di belakang. Rasanya belum mood untuk makan sendirian, segera setelah taksi beranjak saya juga melaju dengan target makan Bakmi Kering Haji Aman di Singkawang.

Belum rejeki lagi, ternyata warung bakmi kering sedang tutup. Kembali lagi ke kegalauan....

nyambung lagi nanti.

Post a Comment for "Sambas Pontianak, Mengejar Makan Bersama"